Peringatan Hari Santri 22 Oktober menjadi momentum bagi Pagar Nusa untuk meneguhkan kembali semangat perjuangan para santri dalam menjaga agama, bangsa, dan budaya. Sebagai badan otonom Nahdlatul Ulama yang berakar pada pesantren, Pagar Nusa hadir bukan hanya sebagai wadah pencinta bela diri, tetapi juga sebagai penjaga tradisi dan nilai-nilai luhur keislaman yang telah diwariskan para ulama.
Bela diri bagi Pagar Nusa bukan sekadar kemampuan fisik, melainkan bentuk pengabdian dan pembelaan terhadap kehormatan agama serta kedaulatan negeri. Setiap jurus dan gerakan silat memuat nilai spiritual, disiplin, dan keikhlasan. Di dalamnya tersirat pesan bahwa kekuatan sejati seorang santri bukan terletak pada tenaga, tetapi pada keteguhan iman dan ketulusan hati dalam berbuat untuk kemaslahatan umat.
Dalam konteks kekinian, semangat bela diri itu diwujudkan dengan memperkuat moralitas, menumbuhkan semangat kebangsaan, serta mengembangkan keilmuan dan keterampilan. Santri Pagar Nusa adalah simbol generasi yang mampu memadukan tradisi dan modernitas, mengakar kuat pada ajaran pesantren namun terbuka pada perubahan zaman.
Melalui tema “Bela Diri untuk Negeri, Pagar Nusa Menjaga Tradisi”, keluarga besar Pagar Nusa mengajak seluruh kader dan masyarakat untuk meneladani semangat jihad para santri terdahulu: jihad dengan ilmu, dengan karya, dan dengan akhlak. Inilah bentuk nyata bela diri di era modern — menjaga diri, menjaga bangsa, dan menjaga nilai-nilai keislaman dari pengaruh yang melemahkan moral dan persaudaraan.
Hari Santri adalah hari kebanggaan bagi kita semua — hari ketika semangat keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan berpadu dalam satu napas perjuangan. Dengan semangat juang dan kekompakan, Pagar Nusa akan terus menjadi garda terdepan dalam menjaga martabat bangsa, memperkuat persaudaraan, serta merawat tradisi luhur pesantren.
Selamat Hari Santri Nasional 2025
Bela Diri untuk Negeri, Pagar Nusa Menjaga Tradisi.

Komentar